Semua impian kita dapat menjadi nyata, jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya..... Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir..... Penyesalan akan hari kemaren, dan ketakutan akan hari esok adalah dua pencuri yang mengambil kebahagiaan saat ini.....Mereka bisa, karena mereka pikir, mereka bisa.....Bibit kepercayaan yang paling kecil masih lebih baik dari buah kebahagiaan yang terbesar

Sabtu, 14 Agustus 2010

Lebih Mengenal Sifat Nila

Pertanyaan :
Bapak / Ibu redaksi, saya ingin mencoba budidaya ikan Nila atau Mujair. Katanya ikan ini sangat menguntungkan untuk dipelihara. Saya juga mendengar bahwa ikan ini bisa dijantankan dan tumbuhnya lebih cepat. Tetapi saya tidak mengerti maksudnya. Mohon informasi lebih banyak tentang ikan ini. Terima kasih.

Jawaban :
Ikan Nila berbeda jenis dengan ikan Mujair tetapi masih satu keluarga. Ikan Nila merupakan salah satu jenis ikan dalam keluarga Tilapia yang paling banyak dibudidayakan di kawasan Asia. Sebetulnya ada banyak sekali jenis ikan keluarga Tilapia, tetapi yang paling populer di Indonesia adalah ikan Nila (Tilapia nilotica). Disamping itu juga banyak jenis hibrida hasil persilangan berbagai jenis Tilapia yang dibudidayakan di Asia. Ikan Tilapia dikenal juga sebagai “water chicken” karena ikan ini dapat dibudidayakan di hampir semua perairan dunia dan mampu menjadi sumber protein yang murah bagi masyarakat.

Ikan Nila mempunyai beberapa sifat unggul yang membuat ikan ini menjadi ikan favorit budidaya, yaitu laju pertumbuhan yang tinggi, tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan, mudah diberi pakan, mudah berkembang biak, tidak mempunyai duri halus sehingga dapat dibuat fillet ikan, dagingnya berwarna putih dan tidak terlalu amis.

Ikan Nila dapat mencapai ukuran 300 gram dalam waktu 90 – 100 hari. Di banyak negara ikan ini dipelihara hingga ukuran minimal 500 gram dalam waktu 4 – 5 bulan. Dalam waktu 10 – 12 bulan ikan Nila bisa mencapai berat 1000 gram per ekor. Di Indonesia ikan Nila dipelihara di karamba jaring apung di waduk atau danau, dan di kolam air deras. Di waduk Cirata, ikan Nila banyak dipelihara di jaring rangkap dan dianggap sebagai penghasilan sampingan. Kondisi kualitas air di jaring rangkap mudah berubah, terutama oksigen. Pada pagi hari kadar oksigen di dalam air di jaring rangkap bisa kurang dari 2 ppm, tetapi ikan Nila dapat beradaptasi dengan kondisi ini dan tetap tumbuh dengan baik. Ikan ini juga dipelihara di kaki gunung daerah Lubuk Linggau, danau Tondano di Sulawesi Utara, danau Batur di Bali, dan waduk-waduk di Jawa. Ini menunjukkan kemampuan beradaptasi yang tinggi.

Pada sistem budidaya intensif ikan Nila diberi pelet dengan kadar protein min 30 % dengan bahan baku bermutu tinggi. Pada sistem budidaya semi-intensif di kolam maupun jaring ikan Nila dapat diberi pakan dengan kualitas biasa, kadar protein mulai dari 18 % sampai 25 %, bahkan seringkali ikan Nila diberi makanan sisa-sisa dapur, mi instan atau makanan kadaluarsa lain. Meskipun ikan tetap tumbuh, tetapi teknik ini jelas kurang tepat sebab ikan bisa terserang penyakit.

Ikan Nila juga mudah dikawinkan, sifat ini juga sekaligus menjadi salah satu kelemahannya. Ikan Nila cepat mencapai usia matang reproduksi, kondisi ini akan memperlambat pertumbuhannya. Terutama untuk ikan betina, laju pertumbuhan ikan betina lebih lambat dibandingkan yang jantan. Apalagi setelah mencapai ukuran reproduksi, maka ikan Nila betina akan berhenti tumbuh dan mengubah makanannya menjadi telur untuk proses reproduksi. Lebih lanjut lagi setelah telur ikan menetas, induk betina akan “mengerami” anak-anaknya di dalam mulut, sehingga induk betina bisa dikatakan “tidak makan” dan berhenti tumbuh.
Karena itu teknik sex reversal banyak diterapkan untuk ikan Nila. Sex reversal adalah pengubahan jenis kelamin, dalam hal ini ikan nila ikan betina diubah menjadi jantan. Tekniknya dapat dilakukan secara hormonal maupun genetis. Secara hormonal dilakukan melalui pemberian hormon รก methyl testoteron kepada ikan yang berukuran < 3 cm. Hormon diberikan melalui pakan atau ikan direndam dalam larutan hormon.
Pengubahan sex secara genetik dilakukan melalui pengubahan kode-kode genetik induk sehingga anak yang dihasilkan bersifat jantan dan tidak mampu memproduksi telur, contohnya adalah ikan Nila Gesit. Jika induk Nila Gesit dikawinkan dengan induk Nila lainnya maka akan dihasilkan keturunan yang sebagian besar jantan. Sex reversal dilakukan agar laju pertumbuhan nila tetap tinggi dan ikan tidak bereproduksi. Jika ikan Nila dibiarkan berbiak dalam kolam maka pertumbuhan ikan menjadi tidak seragam dan kolam bisa menjadi terlalu padat.
Demikian sekilas info tentang ikan Nila, mudah-mudahan bisa membantu untuk lebih memahami ikan ini.

Rubrik ini diasuh oleh PT SURI TANI PEMUKA

Jumat, 13 Agustus 2010

Memulai Usaha Budidaya Lele

Saya berniat membuka usaha budidaya lele. Untuk itu saya perlu informasi lengkap, terutama tentang bagaimana cara membuat ransum pakan, mohon dibantu. Terimakasih.

Jawab :


Wah, kami salut atas semangat anda untuk membuka 'ladang' baru di bidang perikanan. Sampai dengan hari ini, lele merupakan salah satu jenis ikan yang merajai pasar lokal. Bayangkan berapa banyak pecel lele yang bertebaran di tenda-tenda kaki lima serta warung-warung di lingkungan kampus, yang merupakan sebagian dari ujung mata rantai budidaya lele.
Benar sekali Pak Dinarsono, untuk memulai usaha, selayaknya kita melakukan analisa usahanya terlebih dahulu, apakah berprospek bagus atau tidak. Analisa usaha tsb meliputi biaya lahan, air/listrik, tenaga kerja, benih, pakan, bahan pembantu (pupuk dan lain-lain).

Bentuk dan jenis kolam sangat menentukan bagaimana cara pengisian dan pembuangan air, sehingga berhubungan langsung dengan biaya pemakaian air. Biasanya kolam permanen yang berada diatas permukaan tanah yang dilengkapi dengan pembuangan atas dan pembuangan bawah sangat memudahkan dalam pengelolaan air. Sebaliknya kolam yang berada di bawah permukaan tanah agak menyulitkan dalam pengelolaan air (pembuangan air atas dan bawah).
Persentase biaya bibit relatif kecil dalam budidaya tetapi sangat menentukan, sebab bibit yang kurang bagus bisa mengakibatkan pertumbuhan yang kurang bagus dan rentan terhadap penyakit, yang ujung-ujungnya bisa mengakibatkan pemborosan biaya. Sebaiknya Bapak memastikan asal usul bibit yang akan ditebar. Induk yang 'sedarah' atau perkawinan dalam satu indukan biasanya menghasilkan benih yang sifat-sifat unggulnya sudah turun. Selain itu hasil sortiran ke-3 dan seterusnya (ukuran dan umurnya tidak sesuai) juga menghasilkan lele yang lebih lambat pertumbuhannya.
Dari biaya produksi secara keseluruhan, biaya terbesar adalah dari biaya pakan, sehingga pakan menjadi faktor yang sangat diperhatikan dalam budidaya. Umumnya petani sudah menggunakan pakan pabrikan, karena aplikasinya mudah, mudah disimpan, dan sudah mengandung zat-zat yang diperlukan oleh ikan secara lengkap. Sebaliknya pakan yang diproduksi secara manual memiliki beberapa kekurangan, antara lain vitamin dan mineral yang kurang lengkap, serta kematangan pakan yang kurang sehingga yang dicerna menjadi lebih kecil.
Secara sederhana pembuatan ransum lele bisa digambarkan dengan pemenuhan energi dan nutrisi yang seimbang. Energi didapatkan dari kandungan protein, lemak dan karbohidrat dalam pakan, dengan rasio yang berbeda-beda, rasio energi tertinggi berasal dari lemak. Selain itu perlu dipertimbangkan pemenuhan nutrisi yang sesuai untuk ikan lele, mulai dari protein (keseimbangan asam amino), lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Adapun susunan ransum ikan seperti berikut :
1.Sumber protein : didapatkan dari hewani (misalnya tepung ikan) dan nabati (misalnya bungkil kedelai)
2.Sumber lemak : didapatkan dari minyak ikan
3.Sumber karbohidrat : didapatkan dari tepung gaplek, jagung, atau tepung industri
4.Sumber vitamin dan mineral : premiks vitamin dan premiks mineral

Bahan-bahan (kecuali sumber lemak dan vitamin/mineral) digiling halus, kemudian diaduk hingga rata. Pada saat pengadukan terakhir dimasukkan air panas, fish oil dan vitamin, baru kemudian dicetak dan dikeringkan.
Jika benar-benar dihitung, pemakaian pakan pabrikan lebih menguntungkan dibandingkan pakan buatan sendiri, baik dari segi biaya, kualitas pakan maupun kepraktisannya. Biasanya untuk mengurangi biaya pakan, petani menyiasati pemberian pakan tambahan disamping pakan pabrikan sebagai pakan utama. Pakan tambahan ini bisa berupa sisa rumah tangga, sisa peternakan dan pakan tambahan lain yang memiliki harga yang murah. Akan tetapi perlu diperhatikan pengaruh pemberian pakan tambahan ini terhadap kualitas air, sehingga diatur sedemikian rupa sehingga pakan yang diberikan benar-benar termakan oleh ikan, tidak menumpuk di dasar kolam.

Demikian, semoga bermanfaat, dan selamat berbudidaya.

Rubrik ini diasuh oleh PT SURI TANI PEMUKA

Kamis, 12 Agustus 2010

Memilih Tepung Ikan untuk Pakan

Pertanyaan:
Saya ingin bertanya tentang pakan ikan buatan yang diproduksi oleh industri pakan maupun dibuat sendiri oleh petani. Mengapa warna pakan pabrikan kadang gelap/kehitaman tapi kadang pucat? Mengapa juga kadang berbau “harum” kadang agak apek seperti dedak? Apakah ini karena perbedaan kandungan bahan baku? Bagaimana pengaruhnya pada ikan? Jika ingin membuat pakan sendiri apakah harus menggunakan tepung ikan, berapa banyak yang diperlukan? Bagaimana memilih tepung ikan yang baik ?

Jawab:
Warna dan bau pada pakan buatan, baik yang dibuat oleh pabrik maupun oleh petani (home made) dipengaruhi oleh bahan baku yang terkandung dalam pakan dan proses pembuatannya. Pakan yang mengandung banyak unsur nabati biasanya berwarna agak pucat dan baunya kurang “harum”.
Ini karena sumber nabati yang digunakan untuk membuat pakan biasanya adalah jagung, kedelai, dedak, gandum/terigu dan biji-bijian. Bahan-bahan tersebuti jika diolah berwarna pucat dan tidak menghasilkan bau amis. Walau begitu, bahan dari nabati tidak akan menimbulkan bau apek jika bahan tersebut bermutu tinggi. Bau apek menunjukkan adanya penurunan mutu bahan akibat penyimpanan bahan maupun penyimpanan pakan tersebut sebelum digunakan di kolam ikan.
Pakan buatan pabrik biasanya saat diproduksi mengeluarkan bau segar (tidak apek), jika disimpan dengan baik maka bau pakan tidak banyak berubah sampai umur 30 – 60 hari. Setelah masa itu bau pakan mulai berubah, tetapi mutu pakan secara umum tidak terlalu berubah kecuali unsur-unsur tertentu seperti vitamin yang akan mengalami penurunan. Bau harum pada pakan juga bisa dihasilkan dari produk fermentasi. Bahan nabati yang difermentasi akan menghasilkan bau yang harum tetapi tidak amis.
Kualitas pakan umumnya tidak ditentukan oleh bau harum/amis maupun warna dari pakan tersebut, tetapi ditentukan oleh resep pakan yang terdiri atas berbagai bahan baku penyusun pakan. Resep tersebut dibuat sesuai standar mutu pakan yang ditetapkan pabrik. Karena itu pakan yang sama bisa saja mempunyai bau dan warna yang berbeda tetapi mutunya relatif tidak berubah.
Pakan yang dibuat oleh pabrik melalui proses pemasakkan hingga suhu 90-100oC. Proses pemasakkan ini akan mematangkan bahan baku sehingga warnanya bisa berubah dan menimbulkan bau khas. Jika pemasakkan berlebihan maka pakan bisa berwarna kehitaman karena hangus. Sebaliknya jika pemasakkan kurang maka pakan berwarna agak pucat. Ketepatan dalam proses pemasakan berpengaruh pada mutu pakan karena pemasakkan bahan baku mempengaruhi nilai kecernaan bahan tersebut dalam usus ikan. Faktor ini menjadi salah satu penyebab mutu pakan pabrik lebih baik dibanding pakan buatan sendiri.
Selain bahan baku dari sumber nabati, pakan buatan juga mengandung bahan baku dari sumber hewani, baik hewan darat (produk samping pengolahan ayam dan sapi) maupun hewan air (tepung ikan). Tepung ikan digunakan karena kandungan protein dan mutu proteinnya yang tinggi. Mutu protein bergantung dari kesesuaian komposisi asam-asam amino penyusun protein yang dibutuhkan oleh ikan. Oleh karena itu dalam pakan buatan untuk ikan selalu dibutuhkan tepung ikan, jumlahnya bergantung dari jumlah total protein yang terkandung dalam pakan. Biasanya berkisar antara 10 – 50 % dari total kandungan protein dalam pakan. Jadi misalnya pakan yang mengandung protein 30 %, maka tepung ikannya antara 5 – 10 % dari total bahan baku.
Tepung ikan yang biasa digunakan adalah yang berwarna coklat, ada yang coklat pucat sampai dengan coklat gelap. Pakan yang coklat gelap seringkali dianggap mengandung banyak tepung ikan, padahal warna tersebut juga bisa berasal dari tepung hewan darat. Tepung ikan yang baik baunya harum, tidak amis dan tidak anyir. Kandungan proteinnya diatas 55 %, kandungan lemaknya < style="font-style: italic;">
Rubrik ini diasuh oleh PT SURI TANI PEMUKA

Rabu, 11 Agustus 2010

Basmi Penyakit Bintik Putih Lele

Saya sudah lama bergelut di bidang perbenihan ikan lele. Akhir-akhir ini saya mengalami masalah kematian benih lele yang sangat tinggi secara cepat. Ciri-ciri penyakitnya adalah benih lele banyak muncul ke permukaan. Sebagian ada yang berenang berputar-putar dan menabrakkan tubuhnya ke dinding kolam. Terlihat ada bintik-bintik putih di sebagian kulit tubuhnya. Saya perhatikan biasanya terserang penyakit saat suhu dingin. Mohon saran untuk mengatasi masalah ini.

Jawab:
Pertama-tama yang harus bapak lakukan adalah melakukan identifikasi secara tepat terhadap penyakit yang menyerang benih lele tersebut. Bapak dapat meminta bantuan petugas penyuluh perikanan untuk membawa contoh ikan sakit ke laboratorium kesehatan ikan. Laboratorium ini biasanya ada di balai penelitian Kementrian Kelautan dan Perikanan atau di Perguruan Tinggi yang mempunyai jurusan perikanan budidaya.
Berdasarkan informasi yang Bapak berikan saya menduga bahwa ikan bapak terserang penyakit bintik putih (white spot disease). Biasanya disebabkan oleh protozoa Ichythyophthirius. Protozoa Ich mampu berkembangbiak dengan sangat cepat melalui pembentukan kista (cyst). Ich dewasa akan menghasilkan kista yang ditanamkan pada permukaan atau di bawah lapisan kulit ikan.
Di dalam kista ini tumbuh ratusan tomite atau makhluk bercillia (berambut) kecil-kecil. Pada saatnya kista akan pecah dan menebarkan tomite ke segala penjuru dan menyerang ikan yang ada di sekitarnya. Tomite ini akan masuk ke dalam lapisan kulit ikan (di bawah lapisan kulit ikan). Tomite akan tumbuh menjadi Ich dewasa dan melengkapi siklus hidupnya. Ich dewasa ini yang tampak sebagai bintik putih atau white spot.
Serangan Ich pada kulit akan menyebabkan kulit terasa gatal sehingga ikan cenderung menggesekkan tubuhnya pada permukaan benda kasar seperti batu atau dinding kolam. Jika Ich menyerang insang maka fungsi pernapasan ikan akan terganggu. Ikan akan muncul dan berenang lemah di permukaan air karena kekurangan oksigen dalam darah.
Kematian terjadi terutama jika protozoa ini sudah menyerang insang ikan secara intensif. Ikan akan kehilangan kemampuannya menyerap oksigen karena lamela insang dipenuhi Ich sehingga rusak. Benih ikan cenderung lebih rentan terhadap serangan penyakit ini karena kemampuannya untuk melawan yang masih lemah. Oleh karena itu kematian terbanyak dan tercepat umumnya terjadi di pusat pembenihan dan pendederan ikan.
Penanganan penyakit Ich tidak mudah karena siklus hidupnya yang mengalami beberapa fase yang berbeda. Pembasmian paling tepat dan mudah adalah pada stadia tomite atau Ich muda. Pembasmian dapat dilakukan dengan pemberian formalin hingga konsentrasi 25 ppm selama 5 hari, sesuai dengan perkiraan timbulnya tomite. Untuk membuat 25 ppm formalin maka 25 gr formalin dicampur dengan 1.000 L air. Protozoa Ich tidak dapat dibasmi pada saat stadia kista, karena tahan terhadap pengaruh bahan-bahan kimia.
Penyakit Ich menyebar dengan cepat, oleh karena itu kami sarankan agar melakukan disinfeksi pada seluruh kolam/bak pembenihan. Hal ini untuk mencegah adanya kista Ich yang tertinggal dalam kolam. Disinfeksi yang paling mudah adalah dengan melakukan pengeringan total terhadap kolam atau bak pembenihan.
Setelah itu dasar dan dinding kolam ditaburi kapur tohor (hati-hati waktu memberikan karena terasa panas di kulit tangan). Sebaiknya kegiatan produksi benih dihentikan untuk sementara waktu. Jika bapak mempunyai induk maka induk tersebut harus diberi perlakuan dengan formalin. Hal ini adalah untuk memotong siklus hidup protozoa Ich. Demikian saran kami, semoga bermanfaat.

Rubrik ini diasuh oleh PT Suri Tani Pemuka

Olahan Lele: Garap Nilai Tambah Berbuah Rupiah

Menepis stigma lele yang buruk rupa, rendahan dan tidak berkelas

Beragam kreasi olahan pangan berbahan baku lele dipastikan akan membuat ikan berkumis ini (catfish) menjadi komoditas usaha yang menjanjikan. Segala kreativitas dan keberanian mencoba sesuatu yang berbeda terus digali. Upaya mempercantik tampilan lele, membuang kesan lele yang seram, hitam, berkumis dan sedikit mirip ular, menjadi tantangan tersendiri. Tujuannya, memberi daya tarik bagi konsumen.
Antara lain dilakukan Rangga Umara, di seputar Jakarta dan sekitarmya. Pria 31 tahun ini mengembangkan bisnis kuliner modern “Pecel Lele Lela”. Kedai makan yang menyajikan berbagai menu hidangan menarik berbahan dasar lele. Berbekal kreativitas memadupadankan santapan lele dengan gaya hidup, usaha yang dirintis sejak 2006 silam itu kini sudah berkembang lebih dari 20 cabang di Jabodetabek. Dan setiap bulannya bisa meraup omset Rp 1,2 miliar, dengan keuntungan 25 – 30 %.
“Usaha lele ini justru menjadi tantangan tersendiri. Lihat saja, selama ini perkembangan bisnis pecel lele cuma gitu-gitu saja dan kebanyakan masih kelas kaki lima,” ungkap Rangga kepada TROBOS awal Mei lalu.
Menurut pengamatan Rangga, lele bisa didongkrak gengsinya. Umumnya, konsumen yang tidak menyukai lele dikarenakan tampilannya yang hitam seperti ular sehingga menyeramkan. ”Saya yakin, produk olahan lele akan memiliki nilai tambah jika memiliki tampilan yang enak dilihat dan tidak menyeramkan. Saya mendorong konsumen untuk coba dulu makan lelenya, sehingga strategi awalnya adalah konsumen diberi tester agar kemudian mau beli,” jelasnya.
Kini, di kedai “Pecel Lele Lela” dapat ditemui berbagai menu olahan berbahan dasar lele, seperti lele goreng tepung, lele saos padang, lele original dan lele fillet sebagai unggulan, dan lele tomyam serta lele teriyaki sebagai menu tambahan. Bahkan, Rangga mengaku, pihaknya tengah mempersiapkan produk olahan baru berupa steak lele dan burger lele. “Sudah terbukti, yang sebelumnya tidak doyan makan lele, sekarang sudah mulai menyukainya,” ujarnya dengan senyum mengembang.
Setiap harinya, untuk memenuhi kebutuhan seluruh cabang yang ada, setidaknya sekitar 5 kuintal lele segar ukuran 6 ekor per kg harus disiapkan Rangga. Selama ini ia bekerjasama dengan “Biotrop”, Bogor dan beberapa pembudidaya di daerah Parung, Bogor sebagai pemasok.
Cerita lain adalah usaha Marsini. Lele afkir ukuran besar yang biasa dikenal dengan “bantongan” dan tidak laku dijual justru menjadi berkah tersendiri bagi perempuan asal Boyolali, Jawa Tengah ini. Dia mengembangkan usaha pengolahan dengan menyulap lele afkir menjadi makan ringan berupa keripik dan abon lele. Usaha yang telah digeluti Marsini sejak 2007 ini tiap bulannya beromset sekitar Rp 10 juta. “Awal usaha ini untuk menyiasati lele hasil budidaya yang tak laku dijual sebagai konsumsi karena ukurannya terlalu besar. Kalaupun dijual ke kolam pemancingan tidak terserap semua,” jelas Marsini.
Marsini mengatakan, dalam seminggu rata-rata ia menghabiskan 200 kg lele segar untuk diolah. Bahan tersebut terkonversi menjadi 140 kg keripik dan 60 kg abon. Bahan baku, ia memanfaatkan hasil usaha budidaya lelenya yang telah berjalan sejak 1998 dengan kapasitas 20 ribu ekor lele di 50 kolam. “Untuk lele yang berukuran sangat besar, bobot 1 kg seekor misalnya, diolah menjadi abon. Sedangkan untuk olahan keripik kulit, keripik sirip dan keripik daging, bahan bakunya adalah lele ukuran sekilo isi 3 sampai 5,” jelasnya.
Dari lele yang bernilai rendah, olahan hasil kerajinan tangan Marsini tersebut bisa dihargai dengan nilai cukup tinggi. Dalam bentuk kiloan tanpa kemasan, keripik dijual dengan harga Rp 65 ribu per kg. Selain itu, keripik juga dijual dalam berbagai ukuran kemasan plastik. Antara lain kemasan keripik kulit ukuran 120 gram dihargai Rp 15 ribu, sementara ukuran 250 gram diharga Rp 27 ribu. Untuk keripik sirip dan keripik daging dijual dalam ukuran 200 gram dengan harga Rp 18 ribu.
Selain itu, ada pula yang dikemas dalam tas kertas, yaitu campuran antara keripik daging dan sedikit keripik kulit ukuran 120 gram dengan harga Rp 15 ribu. “Yang dikemas dengan tas kertas ini paling banyak laku, praktis dijadikan oleh-oleh,” kata Marsini.
Sementara abon dijual dalam 2 ukuran yaitu kemasan plastik ukuran 90 gram seharga Rp 13 ribu dan kemasan kotak kertas ukuran 200 gram seharga Rp 25 ribu. Pemasaran keripik dan abon lele tersebut meliputi kota-kota sepert Boyolali, Solo, Jogjakarta, Magelang, Salatiga, Ampel sampai Jakarta.

Mangut Lele Kaleng
Tidak kalah dengan keripik dan abon lele, Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Gunungkidul mengembangkan produk mangut lele kaleng. Olahan makanan khas Jawa yang dipadu teknologi pengemasan ini merupakan hasil riset selama 3 tahun. Dan dengan menyandang merek Gading, sajian instan ini telah mendapatkan pengesahan sebagai merek dagang dari Depkumham dan lolos uji di BPOM.

Senin, 09 Agustus 2010

Nikmatnya Memancing di Laut Perairan Dasar

Memancing di laut dengan komposisi perairan dasar berarti seorang pemancing mencari ikan di dasar dari perairan laut. Dengan system ini pemancing harus mengetahui secara pasti daerah mana yang termasuk daerah berkarang, dimana daerah berkarang sangat disukai sebagai tempat berlindungnya ikan. Dimana ikan seperti kerapu dan kakap biasanya bersembunyi dan berkembang biak di lokasi karang – karang.
Kalau anda menemukan lokasi yang berlumpur tentu saja anda harus segera berpindah karena lokasi ini biasanya tidak banyak ikannya. Untuk mempermudahnya anda bisa menggunakan jasa nelayan atau para pemancing kawakan yang sering memancing di tempat tersebut untuk mendapatkan informasi lokasi strategis, atau anda bisa mencari lokasi – lokasi rumpon atau terumbu karang buatan yang memang disengaja digunakan sebagai tempat untuk menarik ikan. Dan biasanya para nelayan lokal membuatnya sebagai lokasi mencari ikan yang strtegis dengan menandainya dengan pelampung.

Cara memancing di perairan dasar seperti ini membutuhkan persediaan senar yang cukup panjang paling tidak cukup panjang sampai ke dasar lautan. Senar utama juga harus cukup kuat untuk menahan kekuatan tarikan dan juga arus laut dasar yang cukup deras. Pemberat anda pasangkan di paling dasar dari senar berikutnya adalah cabang – cabang senar utama dengan jarak kurang kebih 50 cm dan anda bisa memberinya sampai 10 umpan sekaligus. 1 umpan 1 cabang senar.
Karena dalam kedalaman laut cahaya yang didapatkan ikan lebih sedikit biasanya ikan menggunakan indera penciumannya sebagai andalan, sehingga sebaiknya anda menggunakan pakan alami seperti udang, cumi – cumi, atau potongan daging ikan belanak yang segar sehingga mengundang selera ikan kakap dan kerapu. Penggunaan pakan alami dalam bentuk segar memang sangat perlu untuk bisa mendapatkan hasil pancingan yang memuaskan. Maka sebaiknya anda menggunakan ice box dengan supply es yang cukup banyak.
Cara memancing adalah senar yang sudah diberi pemberat diturunkan perlahan – lahan sampai dasar perairan dan jika anda merasakan bahwa senar anda tak lagi berat berarti anda sudah sampai dasarnya. Kemudian senar anda goyangkan naik dan turun secara teratur sehingga menarik penciuman ikan yang akan memangsa. Jika anda merasakan ada tarikan atau kedutan dan senar terada berat maka anda sudah berhasil mendapatkan ikan…hore..anda tarik perlahan ikan hasil tangkapan anda. Biasanya ikan yang didapatkan dari perairan dalam akan mudah mati karena perbedaan tekanan di bawah air. Maka dari itu ice box adalah peralatan wajib yang harus anda bawa untuk memancing di laut.

Minggu, 08 Agustus 2010

Apakah Mancing Dapat Menjadi Obat Stress?

Jawabannya ialah iya. Stress adalah salah satu penyakit yang menyerang pikiran, syaraf – syaraf tubuh menjadi tegang dan penat karena beban pikiran yang jenuh dan berakhir pada kelelahan pikiran..betul? banyak orang stress meluangkan waktunya dengan berbagai macam hobby yang menyenangkan, jalan – jalan, rekreasi, olahraga , shopping dan lain lain yang intinya mengobati kelelahan pikiran dengan kegembiraan yang sesuai dengan keinginannya Hobby mancing adalah salah satunya..

Nah mancing sendiri adalah salah satu hobby yang mengasikkan , mancing melatih pikiran untuk focus, hobby ini bisa mengajarkan orang untuk bersabar dan bersabar. Meski kalau sepintas dilihat cuma diam dan menunggu ( banyak orang bilang ini adalah pekerjaan yang membuang waktu ) tapi..untuk bisa mendapatkan ikan juga dibutuhkan konsentrasi lho…sedikit anda hilang konsentrasi pada pelampung yang bergerak, kemungkinan pakan yang ada di mata kail hilang.

Kesabaran pemancing pun kadang juga bisa dilihat saat ia menarik joran yang sudah di tarik ikan. Teknik yang bagus akan memberikan hasil ikan dapat diangkat..kalau anda terburu- buru menarik senarnya mungkin saja ikannya malah lolos apalagi kalau ikannya yang besar. Ternyata orang memancing masih butuh pengetahuan juga ya..? lha iya dong…butuh kejelian juga lho

Banyak pemancing bilang bahwa kadang – kadang setelah mereka memancing seharian, mereka pulang ke rumah tanpa hasil apa – apa. Ikan kecil pun tidak..tetapi masih bisa tersenyum..padahal kalau diitung -itung biaya untuk beli pakan, pancing, biaya perjalanan kalau dibelikan ikan di pasar udah bisa buat makan sekeluarga..

Namanya juga hobby…kata orang bijak, hobby itu tak kenal harga…yang namanya kesenangan itu tak bisa dinilai dengan uang…asal stress ilang, perasaan plong tubuh bugar… selesai tak habis pikir mau habis berapa duit…bukan begitu teman?
powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Search Powered by Google